P
ada tahun 1982, seorang penjual buku bernama Richard Weatherford sadar bahwa komputer pribadi yang waktu itu masih baru dapat merevolusi bisnis buku bekas. Di seluruh Amerika ada ribuan toko buku bekas, semua dengan stok berbeda-beda. Hampir semua buku apa pun yang mungkin Anda inginkan ada di sana entah di mana, tetapi mujur sekali andai Anda berhasil menemukan yang Anda cari.
Weatherford memandang ini terutama sebagai masalah informasi, tepatnya karena dalam anggapannya komputer pasti bagus dalam memecahkan masalah pilah memilah, maka ia menulis sebuah proposal untuk sebuah perusahaan yang akan membangun sebuah online database untuk para penjual buku antik. Ia menyebutnya Interloc, kependekan untuk interlocutor, sebuah istilah keren untuk “perantara”.
Weatherford beberapa dasawarsa lebih maju dibanding zamannya, maka ia gagal memperoleh dana untuk proyek tersebut. Namun, pada tahun 1991, ia disewa oleh Faxon, sebuah perusahaan jasa dalam bidang buku dan majalah, untuk menyelamatkan BookQuest, yang tengah berusaha mengerjakan proyek serupa. Upaya ini tidak berhasil-mereka masih terlalu cepat satu dasawarsa-tetapi setidaknya sudah ada pihak yang bersedia menyandang dana.
Dengan 50.000 dolar dari penjual buku lain, Weatherford meluncurkan Interloc pada tahun 1993, sebelum kehadiran Web. Ia membuat sebuah jaringan tertutup yang memungkinkan penjual buku bagi pelanggan mereka sendiri. Ini menciptakan sebuah sistem data baku (yang masih digunakan sampai sekarang) dan sebuah perangkat lunak yang memungkinkan penjual mengirimkan berkas daftar buku melalui sebuah modem. Pada tahun 1996 proyek ini dikembangkan ke Web.
Pada tahun 1997, Marty Manley, seorang mantan pemimpin serikat buruh, konsultan McKinsey, dan asisten Menteri Tenaga Kerja di bawah pemerintahan Bill Clinton, mencari sebuah buku yang sudah tidak dicetak lagi. Ia menemukan Interloc, dan langsung terkesan dengan potensi informasi dalam database sebesar itu untuk pasar buku yang terpisah-pisah. Ia menghubungi Weatherford dan menawarkan penggabungan Interloc ke dalam sebuah perusahaan baru, yang dirancang baik untuk konsumen maupun sesame penjual buku; masih pada tahun yang sama mereka meluncurkan Alibris dirumah Manley di Barkeley.
Ada baiknya berhenti dulu di sini guna memahami pasar buku bekas. Selama hamper keseluruhan dalam beberapa dasawarsa terakhir, pasar ini sesungguhnya terdiri atas dua pasar yang sangat berbeda. Kira-kira dua pertiganya adalah bisnis buku ajar yang ramai dan efisien, terpusat di sekitar kampus perguruan tinggi. Sepertiga lainnya relatif sepi di sekitar 12.000 toko buku bekas kecil yang tersebar di seluruh Amerika.
Buku ajar bekas adalah contoh pasar yang efisien-setiap tahun jutaan mahasiswa membeli dan menjual kembali buku-buku mahal yang mereka perlukan hanya selama satu semester. Perangkat buku yang memiliki nilai jual kembali ditentukan oleh kurikulum di jurusan-jurusan yang sangat diminati di perguruan tinggi; harganya ditentukan oleh tingkat persaingan antara sesame toko buku kampus; dan persediaan buku terjamin kembali dua kali dalam setahun.
Penerbit buku-buku ajar tidak terlalu peduli soal ini karena berarti mereka sesungguhnya dapat menaikkan harga jual buku baru, sebab pembeli kini tahu bahwa buku-buku tersebut memiliki nilai jual kembali yang dapat diprakirakan. Sesungguhnyalah, model ekonomi yang bekerja di sini lebih seperti persewaan ketimbang jual beli. Biasanya, toko membeli buku seharga 50 persen harga baru dan menjual kembali senilai 75 persen.
Tergantung pada apakah mahasiswa membeli buku baru atau bekas, “ongkos sewa” adalah antara separuh dan seperempat harga jual buku baru. Pengaturan ini berjalan dengan baik sekali sehingga pasar buku baru. Pengaturan ini berjalan dengan baik sekali sehingga pasar buku bekas di Amerika Serikat sekarang bernilai 1,7 miliar dolar, yakni 16 persen dari penjualan keseluruhan semua toko buku perguruan tinggi.
Penerbit mengatur agar buku-buku bekas tidak beredar untuk selama-lamanya, sebab ini akan mengurangi penjualan buku baru. Caranya adalah menjual edisi-edisi baru dengan nomor halaman berbeda (sehingga buku-buku lama tidak dapat digunakan lagi). Inilah yang membuat sebagian buku bekas berubah menjadi kertas bekas.
Bagaimanapun, dalam kasus pasar buku bekas bukan akademik, efisiensi seperti ini hamper tidak ada. Toko-toko buku bekas hanya dari orang-orang setempat yang menjual koleksi lama mereka sendiri. Akibatnya, seleksi di toko-toko ini cenderung jarang sekali, mencerminkan selera pemilik dan keberuntungan masing-masing alih-alih bagian dari keseluruhan pasar buku.
Bagi pelanggan toko-toko buku bekas, kelangkaan ini justru menarik, membawa mereka ke semacam petualangan yang mengesankan. Akan tetapi, jika Anda mencari buku lain serta menjelajahi tiap rak bisa membuat nyali Anda menciut.
Dalam bahasa ilmu ekonomi, yang menjadika pasar buku ajar sukses adalah likuiditasnya yang memadai. Penjual begitu banyak dan pembeli pun sama banyak untuk komoditas yang relatif sedikit maka peluang Anda menemukan yang Anda cari dengan harga pantas pun besar. Sebaliknya, yang membuat pasar buku bekas bukan akademik tidak bagus adalah likuiditas yang buruk-penjual dan pembeli tidak cukup banyak sementara komoditas yang tersedia justru berlimpah.
Akibat dari terlalu banyak produk namun tak cukup pemain adalah peluang menemukan yang Anda cari menjadi rendah. Oleh sebab itu, kebanyakan pembeli tidak pernah melirik toko buku bekas ketika mereka mencari sesuatu yang spesifik.
Weatherford telah menyadari bahwa walaupun nilai ekonomi untuk tiap toko buku tidak berarti banyak, secara keseluruhan (ketika semua toko buku digabungkan atau dihubung-hubungkan melalui suatu jaringan) pasar buku bekas yang terjadi besar sekali. Stok mereka, dan Alibris menghimpun semuanya menjadi satu dan memastikan agar buku-buku baru di toko-toko buku online yang menggunakan data Alibris.
Dengan demikian, database itu tersedia bagi penjual buku online besar seperti Amazon.com dan bn.com, yang menyajikan daftar buku bekas menyatu dengan daftar buku baru. Ini secara efektif membuat istilah “out of print” tidak bermakna lagi dan menawarkan alternatif yang lebih murah dibanding buku baru. Dengan mengantarkan jutaan pelanggan ke pasar buku bekas, ini memberi toko-toko buku bekas insentif lebih banyak untuk mengomputerisasi stok mereka, yang pada gilirannya, memberi Alibris (berikut mitra-mitra pengecer online-nya) stok lebih banyak lagi untuk dijual. Ini sebuah lingkaran keberuntungan yang klasik, dan pengaruhnya terhadap penjualan buku bekas dahsyat sekali.
Sesudah mengalami stagnasi selama bertahun-tahun, pasar senilai 2,2 miliar dolar yang ada kini berkembang dalam dua digit, dengan seluruh pertumbuhan berasal dari 600 juta dolar pasar online yang berkembang lebih dari 30 persen setahun, menurut Book Industry Study Group.
Disarikan dari buku: The Long Tail, Chris Anderson, 93-97.