S
ejak membaca The World is Flat-nya Thomas Friedman, nggak tahu kenapa, beberapa hari ini pikiran dan imajinasi saya siang-malam terus saja terusik.
Semakin dalam dipikiran, semakin dalam pula eksplorasi intelektual dan kemungkinan-kemungkinan yang saya temukan dari “dunia rekaan” wartawan The New York Times itu.
One of my fundamental beliefs from my days as a community organizer is that real change comes from the bottom up. And there’s no more powerful tool for grass-roots organizing than the Internet.
Barack Obama
Salah satu pemikiran Friedman yang memikat perhatian saya adalah tesisnya bahwa kemajuan teknologi berbasis internet akan mampu mentransformasi dan membebaskan individu: membebaskan potensinya, membebaskan kreativitasnya, dan membebaskan kapabilitasnya.
Bahkan Friedman menyebut, dengan teknologi tersebut umat manusia memasuki apa yang disebutnya globalisasi 3.0, yaitu “GLOBALISASI INDIVIDU”.
Kalau Anda membaca bukunya, The World Is Flat, di situ diuraikan bahwa globalisasi 1.0 menurut Friedman adalah ”globalisasi negara”, sementara globalisasi 2.0 adalah ”globalisasi perusahaan” dan globalisasi 3.0 akan menghasilkan ”pemberdayaan individu” (”individual empowerment”) yang tak terkira dalam sejarah umat manusia.
Dalam buku bestseller tersebut Friedman memperkenalkan 10 tren-ia sebut “flatteners”-yang akan menggerus dunia hingga menjadi semakin datar (flat world). Kesepuluh flatteners tersebut adalah:
- Jatuh Tembok Berlin yang menandai kematian komunisme.
- Initial public offering (IPO)-nya Netscape yang merupakan critical mass merebaknya internet .
- Munculnya workflow software.
- Open-sourcing.
- Outsourcing.
- Offshoring.
- Supplay-chaining.
- Insourcing.
- In-forming.
- Proses ”digitalisasi-mob
ilisasi-personalisasi-virtualisasi” yang menjadi akselerator kesembilan tren sebelumnya.
Singkat cerita, kalau kesepuluh tren tersebut saling ”bereaksi kimia”, berkonvergensi satu sama lain, dan kemudian diikuti dengan pembentukan paradigma.
Budaya dan cara kerja baru yang mendukungnya, maka hasilnya adalah sebuah ”dunia baru” yang luar biasa.
“A whole NEW world!”
Di dalam dunia baru itu Friedman memprediksi akan ada 3 miliar individu dari India, China, Rusia, dan beberapa negara industri baru seperti Brasil, Malaysia, hingga Vietnam (Celaka tiga belas! Rupanya Friedman tidak secara spesifik menyebut Indonesia) yang saling berkolaborasi sekaligus berkompetisi secara virtual-global untuk menghasilkan inovasi-inovasi dan value creation dalam kuantitas dan kualitas yang tak terbayangkan.
Tiga miliar individu itu akan merupakan spesialis-spesialis yang saling berinteraksi, saling sharing knowledge, saling berkolaborasi kerja satu sama lain untuk menghasilkan invasi-inovasi besar sekelas Linux atau membentuk perusahaan hebat sekelas eBay atau Google.
Ketika 3 miliar individu itu memiliki akses kepada perangkat-perangkat kolaborasi (tools of collaboration) berbasis internet maka mereka akan menjadi spesialis yang siap untuk ”plug & play” dalam jaringan kerja virtual-global yang sangat efisien, seamless, self-governed, dan sangat powerful.
Dalam jaringan ini, betul-betul yang menjadi main driver-nya adalah individu-nggak ada lagi negara, nggak ada lagi IMF atau WTO, nggak ada lagi multinational corporation hegemonis seperti yang terjadi selama ini.
Karena energi dan potensi individu terlepaskan (”unleash”) dengan adanya konvergensi 10 flatteners di atas maka dunia nantinya akan mampu memproduksi orang hebat macam Bill Gates atau Steve Jobs bukan hanya dalam jumlah puluhan atau ratusan, tapi bisa mencapai jutaan orang. Jutaan individu hebat akan menghasilkan jutaan inovasi hebat, jutaan teknologi hebat, jutaan perusahaan hebat, jutaan organisasi hebat,
……….alangkah indahnya.
Inilah individual empowerment;
inilah flat world;
inilah the whole new world;
yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh umat manusia.
”WELCOME TO THE HORIZONTAL WORLD”
Disarikan dari buku: Crowd, Yuswohady, 10-16.