C
ara lain untuk memandang situasi ini adalah melalui grafik berikut. Sewaktu Tail makin panjang, signal-to-noise ratio semakin buruk. Jadi, satu-satunya cara agar konsumen dapat mempertahankan konsistensi sinyal yang cukup baik untuk menemukan yang diinginkan adalah jika makin ke ujung filter makin kuat.
Mengapa nisbah sinyal terhadap derau menurun sewaktu Anda menyusuri Tail? Karena, di sana produk yang Anda cari sesungguhnya banyak sekali tetapi tersembunyi di antara banyak produk lain yang tidak Anda inginkan. Alasannya sederhana: Keragaman yang paling besar di dunia justru ada di Tail.
Salah satu konsekuensi hidup dalam budaya yang dikuasai oleh hit adalah kita cenderung berasumsi bahwa produk hit memiliki pangsa pasar jauh lebih besar disbanding sesungguhnya. Sebaliknya, itu kekecualian yang langka. Ini kenyataan yang oleh Nassim Taleb disebut Black Swan Problem.
Ungkapan tersebut berasal dari David Hume, filsuf Skotlandia abad kedelapanbelas, yang mengedepankannya sebagai sebuah contoh di antara berbagai kerumitan ketika orang mencoba menurunkan aturan-aturan umum dari fakta-fakta yang teramati. Dalam yang sekarang dikenal sebagai Soal Induksi Hume, ia menanyakan berapa banyak angsa putih yang perlu kita amati sebelum bisa menyimpulkan bahwa semua angsa berwarna putih dan taka da angsa berwarna hitam. Ratusan? Ribuan? Kita tidak tahu. (Angsa Hitam bukan hanya sebuah metafora hipotetik: Sampai benua Australia orang menemukan Cygnus atratus yang pertama.)
Masalahnya adalah pengalaman kita menunjukkan betapa sulit menaruh kejadian-kejadian yang langka dalam konteks yang tepat. Dalam suatu populasi hanya beberapa orang saja yang luarbiasa kaya. Di antara mereka ada yang cerdas, namun yang lain sekadar beruntung dan kita sungguh tidak bisa mengatakan siapa cerdas, mana yang beruntung. Dalam Fooled by Randomness, Taleb mengangkat cerita lucu tentang sebuah bestseller berjudul The Millionaire Next Door, yang mengumpulkan cerita-cerita tentang trik-trik investasi dan kebiasaan kerja orang-orang kaya raya, sehingga Anda dapat meniru mereka dan menjadi kaya juga. Akan tetapi, seperti yang dicatat oleh Taleb, ada factor-faktor langka yang tampaknya berperan dalam sukses strategi investasi mereka.
Ia mendefinisikan Angsa Hitam sebagai:
Sebuah kejadian acak yang memenuhi tiga sifat berikut: memiliki dampak besar, memiliki peluang tak terbilang, dan memiliki efek kejutan. Pertama, dengan kehadirannya ia menimbulkan sebuah dampak yang luar biasa besar. Kedua, kejadiannya menghadirkan peluang yang kecil, tetapi tak terbilang berdasarkan informasi yang tersedia sebelum kejadian itu. Ketiga, sifat paling menonjol pada Angsa Hitam adalah efek kejutannya: selama pengamatannya orang sama sekali tak menduga aka nada kejadian seperti itu.
Ia dengan mudah dapat menjelaskan bagaimana sebuah blockbuster mencetak hit.
Dalam kenyataan, sebagian terbesar content (dari musik hingga film) telah meraih hit. Sesungguhnyalah, sebagian terbesar content justru jauh sekali dari peraihan hit mengingat penggemarnya hanya ratusan, bukan jutaan. Kadang-kadang itu karena mutunya yang tidak begitu bagus. Kadang-kadang itu karena pemasarannya yang kurang baik atau dibuat oleh orang yang tidak begitu berkepentingan. Dan, kadang-kadang penyebabnya adalah suatu faktor acak yang tiba-tiba menghadang, yang bisa persis sama dengan faktor-faktor acak yang kadang-kadang mencetak sebuah blockbuster dari sesuatu yang sangat tak terduga (contohnya adalah “Who Let the Dogs Out”).
Ini pada dasarnya sebuah konsekuensi alami yang lazim disebut powerlaw distribution, sebuah istilah untuk sebuah kurva ketika sejumlah kecil produk memiliki amplitude besar (penjualan besar) sementara sejumlah besar produk memiliki amplitude kecil. Ada beberapa produk yang terjual banyak sekali sementara kebanyakan yang lain terjual hanya sedikit. (Ungkapan ini berasal dari kenyataan bahwa kurva itu memiliki bentuk 1/x, yang berarti sama dengan x pangkat minus satu.)
Karena kebanyakan barang tidak terjual dengan baik sekali, volume bahan yang tersedia-yang bisa berarti volume barang yang tidak diinginkan-meningkat semakin ke ujung Long Tail. Berikut ini beberapa data actual dari industry buku, yang menunjukkan jumlah judul dalam tiap kategori penjualan untuk tahun 2004:
Konsekuensinya adalah apa pun yang sedang kita cari, makin ke ujung Tail, makin banyak barang yang tidak kita inginkan. Itu sebabnya nisbah sinyal terhadap derau semakin buruk, terlepas dari kenyataan bahwa kita sering lebih berpeluang menemukan yang kita inginkan semakin jauh ke Tail (yakni jika kita punya akses ke pencarian dan filter yang baik). Kedengarannya seperti sebuah paradox, tetapi begitulah. Ini masalah yang cukup dipecahkan dengan filter.
Disarikan dari buku: The Long Tail, Chris Anderson, 139 -142.