M
engapa ada yang kurang popular dibanding yang lain? Sejauh ini kita telah memusatkan perhatian terutama pada seluk beluk yang membuat produk tertentu menarik di mana posisi mereka di mainstream atau di pasar khusus, atau seberapa tinggi atau rendah mutu mereka.
Akan tetapi, ada sebuah faktor lain yang ikut memengaruhi popularitas: umur. Sama seperti produk yang memiliki daya tarik banyak sekali sehingga bisa lebih laku daripada produk-produk lain dengan daya tarik lebih sedikit, produk yang baru pun cenderung lebih laku dibanding produk lama.
Ketika Anda memerhatikan sebuah kurva permintaan biasa, alasan mengapa sesuatu kurang laku dibanding yang lain adalah kalah dalam proses pemeringkatan. Akan tetapi, popularitas sesungguhnya memiliki dimensi banyak: Faktor-faktor yang menentukan peringkat sebuah album, misalnya, bisa meliputi tidak hanya mutu musik tetapi juga genre-nya, tanggal peluncurannya, ketenaran dan/atau kebangsaan band pengiringnya, kemiripan dengan artis lain, dan sebagainya.
Namun, semua tadi dicampuradukkan ke dalam dimensi tunggal sebuah daftar lagu terlaris, yang mengaburkan semua factor tersebut. Apabila dipikirkan lebih mendalam, yang hari ini menjadi produk hit di masa mendatang berubah menjadi produk khusus. Hampir semua produk, termasuk peraih hit, mengalami penurunan penjualan sejalan dengan waktu.
Twister adalah film nomor dua pada tahun 1996, tetapi versi DVD-nya sekarang paling laku di Amazon untuk kategori film documenter 2005 History Channel tentang Revolusi Prancis. Einstein mengatakan bahwa waktu adalah dimensi ruang yang keempat; Anda pun dapat memandangnya secara sama sebagai dimensi keempat Long Tail.
Baik produk hit maupun produk khusus mengalami penurunan penjualan sejalan dengan waktu produk hit mungkin memiliki awal yang lebih tinggi, namun mereka semua akhirnya berangsur-angsur turun ke Tail. Penelitian untuk mengkuantifikasi kesimpulan ini masih berlanjut.
Yang secara umum menarik sehubungan dengan waktu Long Tail adalah bahwa Google tampaknya mengubah aturan main ini. Untuk media online, seperti media mana pun, sang penguasa adalah mereka yang masih baru (tyranny of the new). Yang kemarin masih Koran baru, hari ini menjadi bungkus ikan, dan begitu suatu content tidak menempati halaman depan sebuah situs Web, popularitasnya langsung menukik. Akan tetapi, ketika halaman-halaman lama ini bisa bermunculan kembali berkat Google, agaknya aturan main lama mulai tak berlaku lagi.
Google bukan antiwaktu sama sekali, tetapi mesin pencari ini lebih mengutamakan relevansi ketimbang kebaruan dalam penyampaian hasil-hasil pencariannya. Maka ketika kita mencari sesuatu dengan mengetikkan sebuah atau sekumpulan kata, kita akan lebih cenderung mendapatkan halaman terbaik ketimbang halaman terbaru. Dan, karena halaman-halaman lama lebih berpeluang tampil dari suatu pencarian, mereka kadang-kadang lebih unggul daripada halaman-halaman baru.
Akibatnya, bila biasanya sebuah blog atau sebuah berita langsung mengalami penurunan popularitas sejalan dengan waktu, penurunan ini menjadi jauh lebih lambat berkat kehadiran mesin pencari. Kita boleh mengatakan bahwa Google bertindak sebagai sebuah mesin waktu, dan sekarang pun kita bisa menyaksikan pengaruhnya terhadap penerbitan, periklanan, dan perhatian.
Disarikan dari buku: The Long Tail, Chris Anderson, 168-170.